Setelah memutuskan berhenti bekerja sebagai tukang cuci mobil, Anom pergi meninggalkan ‘rumah’ yang ditempatinya selama 2 tahun, yakni di pos satpam Hotel Rani Sanur. Setelah memutuskan untuk berhenti sebagai tukang cuci mobil, Anom mulai memutar otak, bagaimana agar bisa mendapat pekerjaan baru, tempat tinggal baru, dan tentu saja agar bisa tetap makan. A n o m kemudian mendatangi usaha Konfeksi Sidharta yang ada di Jalan Waturenggong nomor 48 Denpasar. Di tempat itu ia langsung bertemu pemiliknya Pak Sidharta. “Kepada beliau saya langsung bilang sedang mencari kerja.” Gusti Ngurah Anom diawal berdirinya Cok Konfeksi 38 Gusti Ngurah Anom Pak Sidharta langsung menerima Anom untuk bekerja di perusahaan Konfeksi miliknya. “Saya langsung bekerja serabutan, bantu-bantu di usaha Konfeksi milik Pak Sidharta. Saya bekerja mulai pukul 8 pagi hingga pukul 5 Sore.” Saat itu usaha Konfeksi Sidharta memiliki 15 orang karyawan, semuanya tinggal di luar Konfeksi. Para karyawan tidak ada yang mau tinggal di tempat usaha.
Akhirnya Anom diminta tinggal di tempat usaha Konfeksi Sidharta merangkap sebagai waker atau penjaga tempat usaha. “Karena tinggal di dalam, akhirnya saya sering mendapat tugas tambahan membeli makanan untuk keluarga Pak Sidharta seperti membeli capcay dan lain sebagainya,” ujar Anom. “Saya mau tinggal di tempat usaha milik Pak Sidharta bukan karena saya mau cari muka atau disayang Pak Sidharta. Tapi itu merupakan salah satu bentuk usaha saya agar bisa mendapat tempat tinggal dan makan sekaligus. Ini merupakan strategi saya untuk tetap bisa bertahan hidup di Kota Denpasar,” imbuhnya. Selama 6 bulan bekerja di Sidharta Konfeksi, Anom mulai belajar memotong kain, menjahit, hingga menyablon. Semua itu dilakukan di atas jam 5 sore saat semua pegawai sudah pulang ke rumah. Saat tinggal di Konfeksi Sidharta, Anom tidak memiliki kamar khusus. Ia sering tidur di rak-rak tempat menyimpan kain, atau tidur di meja potong. “Untuk urusan tidur, saya termasuk gampang, bisa dimana saja.” Raja Oleh-Oleh Khas Bali
Setelah 6 bulan akhirnya Anom sudah bisa memotong kain, menjahit, hingga sablon. 1 tahun bekerja di Sidharta Konfeksi, Gusti Ngurah Anom sudah naik ‘pangkat’ jadi senior. Sementara pegawai lain yang tadinya senior, ada yang turun ‘pangkat’ jadi yunior. Dengan posisi senior, Anom mendapat kepercayaan untuk mengurus gaji pegawai, membeli kain, dan tentu saja mendapat transfer ilmu dari Pak Sidharta mengenai usaha Konfeksi. Seiring perjalanan waktu, usaha Konfeksi Sidharta berkembang pesat. Setelah bekerja setahun, Anom semakin dipercaya Pak Sidharta. 70 persen usaha Konfeksi dipercayakan pengaturannya kepada Anom. Setelah bekerja 1 tahun lebih, Anom bisa dikatakan sudah menjadi tangan kanan Pak Sidharta. “Oleh sesama teman pegawai, waktu itu saya sempat dituding cari muka, dituduh sebagai detektif untuk menyelidiki perilaku karyawan. Menghadapi tudingan itu, saya pasrah saja. Prinsip saya waktu itu cuma satu, yakni berusaha agar perusahaan maju dan membuat bos menjadi senang.” Saat bekerja di usaha Konfeksi Sidharta, Anom tahu Pak Sidharta punya satu mesin canggih yang tidak dipakai. Mesin jenis ‘over deck’ atau mesin obras benang tiga itu sering mangkrak di Konfeksi. Pak Sidharta dan karyawan konfeksi enggan menggunakan mesin itu karena susah dalam pemakaiannya. Seijin Pak Sidharta, akhirnya mesin itu digunakan Anom untuk memulai usaha konfeksi sendiri.