Akhirnya Anom remaja memutuskan kabur dari rumah orang tuanya. Tujuannya waktu itu hanya satu yakni kabur ke Denpasar. “Sehari setelah dipanggil ajik, keesokan harinya saya putuskan untuk pergi dari rumah.” Tanpa sepengetahuan orang tua, pukul 7 pagi Anom kabur dari rumah. Saat itu ia tidak membawa bekal apapun. Ia hanya mengenakan sepasang sandal jepit. Pakaian yang melekat di badan yakni kaos oblong dan celana pendek untuk olahraga. Anom juga tidak berbekal uang sepeser pun. “Saya pasrahkan hidup ini sama yang di Atas. Waktu itu saya merasa sudah bosan hidup. Saya merasa kok saya miskin sekali, tidak punya tanah atau harta benda lainnya. Saya sempat menyesali hidup yang miskin ini.” Dari rumah orang tuanya, Anom kemudian berjalan menyusuri jalan Desa Tangguwisia.
Sekitar 100 meter dari rumah, ia bertemu seorang keluarganya yang bernama Nyoman Singarata. Nyoman berprofesi sebagai seorang supir truk angkutan barang. “Pak Nyoman ini masih paman, keluarga dari ibu saya. Saat itu ia sedang mempersiapkan truk besar merk ‘Kusdha’ miliknya. Waktu itu saya bilang mau numpang ke Denpasar. Raja Oleh-Oleh Khas Bali 31 Pak Nyoman langsung mengijinkan dan tidak bertanya-tanya maksud dan tujuan kepergian saya ke Denpasar.” Akhirnya truk yang ditumpangi Anom berangkat ke Denpasar lewat daerah Pupuan Tabanan. Di daerah Pupuan Tabanan, Anom diajak untuk beristirahat. Oleh pamannya, ia dibelikan makan serta minuman di sebuah warung. Sekitar pukul 10 pagi truk yang ditumpangi Anom tiba di Terminal Ubung Denpasar.
Ia kemudian turun di Terminal Ubung dan mulai berjalan menuju Jalan Gatot Subroto. Setibanya di Jembatan Tonja Anom memutuskan untuk turun dan mulai berjalan menyusuri sungai. “Saya putuskan melewati sungai dengan pertimbangan akan lebih mudah untuk mencari minum, makan, dan mencari air untuk membersihkan badan.” Selama menyusuri sungai, Anom minum air dari saluran irigasi sawah. Untuk mengatasi rasa lapar, ia juga mencuri buah semangka dan pepaya dari kebun milik orang yang ia lewati. Selama berjalan menyusuri sungai, Anom sempat merasa putus asa dan sempat ingin bunuh diri. “Jika saja saya tidak bisa dapat makanan, mungkin saya akan bunuh diri.
Selama lewat sungai, saya bertahan hidup dengan lebih banyak makan buah semangka,” kenangnya. Saat menyusuri sungai Anom melihat berbagai macam ‘gumatat-gumitit’ atau binatang liar yang hidup di sepanjang 32 Gusti Ngurah Anom aliran sungai seperti ular berbisa hingga ‘alu’ atau biawak yang hidup di sepanjang aliran sungai. Setelah menyusuri sungai selama beberapa jam, Anom tiba di daerah Waribang Kesiman Denpasar. Di sana ia menyempatkan diri untuk mandi menyegarkan badan. Usai mandi ia kemudian melanjutkan perjalanan hingga tembus di daerah Jalan Sedap Malam, SMP 5, hingga akhirnya tiba Jalan Danau Buyan Sanur. Di Jalan Danau Buyan Sanur ini setidaknya ada 5 buah hotel melati. Salah satunya adalah Hotel Rani. Anom langsung menuju pos satpam Hotel Rani dan minta ijin untuk menumpang istirahat. “Waktu itu saya bilang kepada satpamnya, pak, saya dari Buleleng, mau cari kerja.
Dari Buleleng numpang truk dan jalan kaki dari Ubung sampai di Sanur. Saya kemudian diijinkan istirahat di dalam pos satpam Hotel Rani,” kenangnya. Setelah beristirahat dan membersihkan badan di pos satpam, Anom kemudian berinisiatif membersihkan halaman parkir hotel. Meski kondisinya masih letih dan lapar, Anom mulai membersihkan halaman parkir hotel. “Kondisi saya waktu itu sangat kurus dan dalam kondisi letih, haus, serta amat lapar. Sejak tiba di Terminal Ubung, menyusuri sungai, hingga sampai di Sanur, saya belum makan nasi sama sekali. Untuk mengatasi rasa lapar dan haus waktu itu, saya hanya meminum air dari keran yang ada di dekat pos satpam hotel.”