Ibu Gusti Ngurah Anom yang bernama Made Taman, merupakan warga Asli Seririt, Buleleng. “Ibu bertemu ayah saya saat ayah merantau ke Buleleng. Meski baru bertemu di Buleleng, namun jika ditelusuri kawitannya (daerah asal leluhur) sama,” jelas Anom. Ibu Gusti Ngurah Anom merupakan pedagang jaja atau kue Bali, khususnya kue-kue untuk keperluan upacara keagamaan Hindu di Bali. Kue pesanan yang banyak dibuat ibu Anom antara lain kue gina, kaliadrem, uli, giwel, dan dodol.
Seingat Anom, ibunya mulai bekerja membuat kue pada pukul 6 sore hingga malam hari. Usai membuat kue, ibunya kemudian pergi ke pasar untuk menjual kue buatannya pada pukul 3 pagi. “Ibu membuat kue sendirian, mulai proses membeli Made Taman (Alm) 4 Gusti Ngurah Anom bahan, membuat adonan, hingga membuat jajannya. Kadang saya ikut membantu ibu membuat kue. Saya bantu ibu buat jualan kue sejak kelas 3 SD dengan upah Rp 100 hingga Rp 200. Kue buatan ibu kemudian dijual ke Pasar Tenten yang ada di Desa Tangguwisia. Karena masih gelap, saya dan ibu pergi ke pasar dengan dibantu penerangan obor dari danyuh (daun kelapa) yang sudah kering.
Pasar jaraknya sekitar 1 kilometer dari rumah tinggal kami,” kenang Anom. Beda dengan sosok ayahnya yang pendiam, sosok Ibu Anom agak keras. Kemauannya kuat. “Beda karakter dengan ayah saya. Ibu sosok yang berani dalam mengambil keputusan dan kadang kurang perhitungan.” Di mata Anom, Ibunya merupakan sosok pedagang yang ulet. Sejak duduk di kelas 3 SD, ibunya sudah sering mengajak Anom kecil jualan buah ke Pasar Kumbasari Denpasar, terutama saat musim buah mangga jenis manalagi. “Saya jadi lebih tahu Kota Denpasar karena sering diajak ibu jualan buah ke Pasar Kumbasari Denpasar.
Untuk uang saku sehari-hari juga lebih sering dikasih sama ibu. Saya lebih dekat sama meme (ibu) dibanding ajik (ayah).” Meski mengaku lebih dekat dengan ibunya, namun Anom masih teringat dengan sifat keras ibunya. “Waktu kecil saya sering menangis dan tidur di lantai rumah yang terbuat dari tanah liat. Karena sering tidur di lantai tanah liat, lantai tanah itu menjadi cekung ke bawah membentuk semacam palungan (lubang). Jika saya sedang nangis di lantai tanah, ibu sering membiarkan saya menangis bahkan Raja Oleh-Oleh Khas Bali 5 hingga pagi hari. Meski saya sering menangis di lantai, ibu bisa tidur lelap dan susah terbangun. Jika saya haus di malam hari, saya suka minum air rendaman beras. Ini karena saya takut keluar rumah karena gelap belum ada listrik”. Made Taman, sosok ibu yang amat dicintai Gusti Ngurah Anom meninggal dunia di Denpasar pada 21 Mei 2011. Beliau meninggal karena sakit komplikasi jantung, paru, dan ginjal.